SEGA JAMBLANG, ICON KULINER PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA CIREBON (DALAM PERSPEKTIF SEJARAH)

Open Access
Article Info
Submitted: 2019-11-24
Published: 2019-11-22
Section: Articles
Language: IND
Sega jamblang konon berasal dari sebuah nama desa di sebelah barat Kabupaten Cirebon, yakni desa Jamblang, Cirebon. Sega jamblang atau dalam bahasa Indonesia berarti nasi jamblang merupakan nasi putih yang dibungkus daun jati dengan berbagai macam lauk-pauk. Menurut riwayat yang berkembang di masyarakat sega jamblang berawal saat terjadinya Perang Kedondong (1753-1773), perang perlawanan rakyat cirebon melawan penjajah Belanda, atau saat terjadinya pembangunan jalan Anyer – Panarukan (1809-1810) yang dilakukan oleh Daendels, Gubernur Jenderal Belanda saat itu. Sementara ada riwayat lain yang menceritakan kalau sega jamblang berawal saat pembangunan Pabrik Gula pertama di buat di cirebon pada tahun 1847. Makanan tradisional termasuk sega jamblang, berperan penting dalam ketahanan dan kemandirian pangan. Semua jenis makanan tradisional pada umumnya dibuat dengan potensi lokal, tidak mungkin dibuat menggunakan bahan baku impor. Saat ini bisa dipastikan hampir setiap wisatawan yang datang berkunjung ke kota Cirebon selain manikmati obyek wisata yang ada, mereka juga mampir untuk menikmati sega jamblang. Kuliner Cirebon sebenarnya tidak hanya sega jamblang, tetapi masih banyak yang lain , seperti ; empal gentong, nasi lengko, tahu gejrot, docang, sate kalong, mie koclok, dan lain-lain, tetapi dari semuanya yang selalu menjadi tujuan utama adalah sega jamblang. Sega jamblang sudah menjadi Ikon kuliner bagi pengembangan pariwisata di kota Cirebon.

References

  1. Atja (1986) : Carita Purwaka Caruban Nagari ; Karya Sastra Sebagai Sumber Pengetahuan Sejarah. Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat, Bandung, Indonesia.
  2. Prawiraredja, sugianto, mohammed.(2005) : CIREBON ; Falsafah, Tradisi dan Adat Budaya. Perum Percetakan Negara RI.
  3. Ki Kampah (2013) : Babad Cirebon Carub Kandha Naskah Tangkil. Ed.1 Deepublish, Yogyakarta.
  4. Judisseno, Rimsky K.(2017) : Aktivitas dan Kompleksitas Kepariwisataan : Suatu Tinjauan Tentang Kebijakan Pengembangan Kepariwisataan. PT.Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, Jakarta.
  5. Antariksa, Basuki.(2018) : Kebijakan Pembangunan Sadar Wisata : Menuju Daya Saing Kepariwisataa Berkelanjutan. Intrans Publishing, Anggota IKAPI, Malang, Jawa Timur.

  1. Yoyon Indrayana  Universitas Diponegoro, Indonesia
  2. Tri Yuniningsih  Universitas Diponegoro, Indonesia