Pendidikan Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Leptospirosis pada Pedagang Pasar Tradisional di Kota Semarang

Open Access
Article Info
Submitted: 2020-09-15
Published: 2020-12-11
Section: Articles
Language: EN

Leptospirosis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Kota Semarang. Tikus merupakan reservoir bagi bakteri leptospira.  Tempat yang banyak ditemukan tikus adalah pasar tradisional, oleh karena pasar merupakan area dengan sumber makanan yang disukai oleh tikus.  Di dalam pasar terutama di los daging, ikan serta bahan pokok merupakan sumber makanan bagi tikus.  Kondisi sanitasi yang buruk juga menjadi faktor yang mendukung keberadaan tikus.  Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang leptospirosis pada pedagang di pasar tradisional, supaya pedagang dapat melakukan pencegahan penyakit baik untuk dirinya dan lingkungannya.  Sasaran pengabdian ini adalah pedagang di Pasar Tradisional Rasamala Kecamatan Banyumanik. Sasaran sebanyak 20.  Media penyuluhan berupa leaflet dan buku panduan. Dalam menjalankan kegiatan pengabdian ini tetap mematuhi protokol Kesehatan COVID-19.  Pada saat kegiatan juga dilakukan sosialisasi pencegahan tentang Covid-19.  Sebelum dilakukan sosialisasi dilakukan penangkapan tikus di pasar tradisional tersebut dengan menggunakan live trap dan kemudian dilakukan identifikasi spesies tikus yang didapat. Hasil penangkapan tikus di Pasar Rasamala menunjukan kepadatan yang tinggi sehingga memiliki potensi sebagai penular penyakit Leptospirosis. Tingkat pengetahuan pedagang tentang pencegahan penyakit leptospirosis meningkat setelah dilakukan sosialisasi (dari rata-rata skor 8,45 menjadi 9,8). Disarankan bagi pedagang berperan aktif dalam menjaga sanitasi kios dan lingkungan sekitarnya karena pasar berpotensi sebagai habitat tikus reservoir bakteri Leptospira sp.

References

  1. Dirjen P3L. Petunjuk Teknis Pengendalian Leptospirosis. III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI. 2014.
  2. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Metode Surveilans Epidemiologi Berbasis Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Kota Semarang. Semarang. 2014 www.b2p2vrp.litbang-depkes.go.id.
  3. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Data Surveilans Leptospirosis Kota Semarang Tahun 2012-2015. Semarang. 2015.
  4. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Data Surveilans Leptospirosis Kota Semarang Tahun 2019. Semarang. 2020.
  5. Firdaus, M Z, Hestiningsih, R., Martini M, Wuryanto, M A. Kepadatan tikus di daerah kasus penderita Leptospirosis di wilayah kerja puskesmas ngemplak Kabupaten boyolali. Jurnal kesehatan masyarakat (e-journal), 2019. 7 (4).
  6. Gasem M. H. Gambaran Klinik dan Diagnosis Leptospirosis pada Manusia. Kumpulan Makalah Simposium Leptospirosis, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2002.
  7. Kementerian Kesehatan RI. Permenkes No 45/2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan. 2014.
  8. Martini, M., Yuliawati, S., Hestiningsih, R., Kusariana, N., dan Haryanto, S. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Penurunan Kepadatan Tikus di Sumurboto, Kecamatan Banymanik, Semarang. Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit (Vektora). 2019. 11 (1). DOI: https://doi.org/ 10.22435/vk.v11i1.1407
  9. Priyotomo Y.C, Santoso, L., Martini M, dan Hestiningsih, R. Studi Kepadatan Tikus aan Ektoparasit di Daerah Perimeter dan Bufferpelabuhan Laut Cilacap. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 2015. 3 (20). http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
  10. Rusmini. Bahaya Leptospirosis (Penyakit Kencing Tikus) & Cara Pencegahannya. Yogyakarta: Penerbit Gosyen Publishing. 2011.
  11. WHO. Human leptospirosis: guidance for diagnosis, surveillance and control. WHO Libr. 2003;45(5):1-109. doi:10.1590/S0036-46652003000500015

  1. Lintang Dian Saraswati  Orcid Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Indonesia
  2. Ari Udiyono  Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Indonesia
  3. Praba Ginandjar  Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Indonesia
  4. mateus sakundarno adi  Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Indonesia
  5. nissa kusariana  Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
  6. martini martini  Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro